You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Kalurahan KALIAGUNG
Kalurahan KALIAGUNG

Kap. Sentolo, Kab. KULON PROGO, Provinsi DI Yogyakarta

Selamat Datang di Website Resmi Kalurahan Kaliagung. Jika ada Pertanyaan seputar Pelayanan Umum bisa WhatsApp Chat di nomor 085163242006 (Hari & Jam Kerja)

Djanggan Purbo Jati : Antara Lakon, Tokoh Fiksi dan Kehidupan

KKN UIN Jogja 30 Maret 2024 Dibaca 152 Kali
Djanggan Purbo Jati : Antara Lakon, Tokoh Fiksi dan Kehidupan

Oleh : Putri Yuliana, Affandi Ahmad, Dodi Saputro, Ima Rofaidha, Mufidah Hidayatul Ilmi dan Aztrid Malicha

Wayang adalah salah satu seni pertunjukan dari Indonesia yang telah melewati sejarah yang panjang dan memiliki berbagai elemen unik di dalamnya. Salah satu hal yang  menarik adalah kehadiran dalang remaja dalam pementasan wayang. Mereka hadir di tengah arus globalisasi dan modernitas yang cenderung merenggut rasa cinta anak muda pada budaya tradisional. Djanggan Purbo Djati, remaja kelahiran 16 tahun yang lalu, tepatnya 5 Maret 2008, adalah satu dalang remaja yang menekuni dunia perwayangan sejak masa anak-anak. Ia menekuni wayang semenjak dirinya duduk di bangku  kelas dua SD dan telah berhasil melahirkan banyak prestasi. Meskipun begitu, remaja yang tinggal di Kaliagung, Sentolo, ini, mengaku bukan berasal dari latar belakang keluarga yang sangat akrab dengan kesenian.

Lingkungan dan support keluarga merupakan dua faktor yang sangat mendukung terhadap perjalanan karirnya dalam berwayang. Salah satu bentuk dukungan yang diberikan adalah antusiasme keluarga Djanggan saat pementasan maupun perlombaan. Bahkan beberapa kolega dan gurunya turut berdatangan untuk menyaksikan acara pementasan. Bagi Djanggan, Ontoseno adalah salah satu karakter yang sifat dan perilakunya perlu dimiliki oleh kalangan pemuda zaman kiwari. Ia adalah tokoh pemberani dan menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan. Selain itu, Ontoseno juga patuh terhadap orang tua, menolong sesama, dan yang terpenting adalah sikap keberaniannya juga dilandasi akan takut pada Yang Maha Kuasa. Meskipun Ontoseno adalah tokoh idolanya, akan tetapi ia ingin sekali menjadi Semar andai hidup di dunia wayang. "Ingin menjadi Semar, dia pengayom dan pemberi nasehat, tidak pernah ikut campur dalam konflik."

Menurut Djanggan, dunia nyata dan wayang tidaklah sama. Hal itu tercermin dari pola komunikasi dan berperilaku antara keduanya. Meskipun begitu, ada beberapa kesamaan yang diungkapkan oleh Djanggan. Misalnya, kritik Semar perihal kehidupan. Yaitu semakin terkikisnya tata krama dan etika, serta  timbulnya banyak kerusakan dan angkara murka. Di sisi lain, Semar juga menekankan akan spiritualitas guna menyeimbangkan jiwa seorang manusia.

Selain dua tokoh di atas, Werkudara adalah tokoh yang menginspirasi Djanggan. Menurutnya, Werkudara adalah tokoh yang memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi serta ambisi yang kuat untuk meraih cita-cita. Selama hal itu baik dan positif, Werkudara akan berusaha keras meski cemoohan silih berdatangan dari berbagai sisi. Menurutnya, jika perang Bharatayuda terjadi di dunia nyata, maka peristiwa itu akan menjadi sesuatu yang sangat heroik. Perang antara Pandhawa dan Kurawa ini merupakan cerminan dari perang kebaikan melawan kejahatan. Pada akhirnya, baik di lakon wayang maupun dunia nyata, kebaikan akan selalu menjadi pemenang.

 

Djanggan Purbo Jati saat menerima anugerah kebudayaan dari Bupati Kulon Progo tahun 2020. Dok. Pribadi/Djanggan

 

Apabila dikaitkan dengan spritual, wayang memiliki andil besar dalam kehidupan Djanggan. Melalui berbagai lakon dan karakter, ia mengetahui bagaimana perjalanan spiritual masing-masing tokoh. Pada tahap selanjutnya, Djanggan mempraktikkan dalam kehidupan nyata. seperti ketaatan dalam beribadah, berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk. Jiwa spiritualnya semakin hidup ketika pementasan wayang berlangsung. Sebagai dalang, ia bertugas memegang kendali penuh pertunjukan. Oleh sebab itu, ia memasrahkan segala hal tersebut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di momen ini, Djanggan merasa dekat dengan Tuhan. Kelancaran pementasan baginya adalah anugerah dari Tuhan.

Jika berbicara tentang wayang pada era digital, Djanggan cenderung berpikir positif meski budaya luar begitu kuat menerjang. Sebagai dalang, ia berusaha menarik minat kaum muda dengan cara mengunggah kegiatannya di platform online."Tidak perlu susah-susah nonton wayang ke tempatnya langsung. Lebih memudahkan gitu lah mas." Meskipun begitu, menurutnya, suasana menonton wayang secara langsung sangat berbeda dengan menonton di layar gawai. Saat kami menanyakan perihal harapannya di masa mendatang, ia berujar, "kalau harapan untuk diri sendiri sih pengennya bisa menguasai dalam cerita-cerita, gending-gending musik, terus tokoh-tokoh wayang gitu."

 

Profil Narasumber

Nama : Djanggan Purbo Jati

Tanggal Lahir : 5 Maret 2008

Hobi : Berkesenian

Riwayat Pendidikan :

  • TK Pamardi Putra II
  • TK IT Budi Mulyo
  • SDN 3 Pengasih
  • SMPN 1 Pengasih

Prestasi

  • Juara 3 Festival Dalang Anak Wayang Kulit Tingkat Kabupaten 2018
  • Juara 2 Festival Dalang Anak Wayang Kulit Tingkat Kabupaten 2019
  • Juara 1 Festival Dalang Anak Wayang Kulit Tingkat Kabupaten 2020
  • Juara 1 Festival Dalang Anak Wayang Golek Tingkat Provinsi 2021
  • Juara 1 Festival Dalang Remaja Wayang Golek Tingkat Provinsi 2023
  • Juara 2 Festival Dalang Remaja Wayang Kulit Tingkat Kabupaten 2024
  • Anugerah Seniman Kebudayaan Kabupaten Kulonprogo Th 2020

 

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image