
Kaliagung - Kalurahan Kaliagung kembali menggelar salah satu tradisi budaya yang sarat nilai sakral dan kebersamaan, yaitu Jamasan Gongso, pada Sabtu, 12 Juli 2025.
Upacara ini merupakan agenda tahunan yang rutin dilaksanakan untuk menjaga dan merawat pusaka budaya berupa gongso atau gamelan milik kalurahan.
Jamasan Gongso adalah upacara pencucian atau penyucian gamelan yang dipercaya memiliki nilai spiritual tinggi. Tradisi ini tak sekadar membersihkan alat musik tradisional, tetapi juga menjadi wujud penghormatan terhadap warisan leluhur. Upacara ini dimaknai sebagai bentuk rasa syukur sekaligus harapan akan keberkahan bagi masyarakat Kalurahan Kaliagung.
Tahun ini, Jamasan Gongso diawali dengan kirab budaya yang berlangsung meriah dan khidmat. Kirab diikuti oleh dua bregodo utama, yaitu Bregodo Kaliagung dan Bregodo Guna Agung Jaya.
Pemandangan yang mencuri perhatian adalah kehadiran para pembawa klenting—tempat air tradisional yang diisi dengan air dari 17 mata air yang ada di wilayah Kaliagung. Para pembawa klenting ini adalah ibu-ibu tenaga pendidik (tendik) dari PAUD Kaliagung, yang menambah nuansa sakral dan penuh semangat kebersamaan.
Dalam kirab tersebut, perangkat desa dan tokoh masyarakat juga turut ambil bagian. Mereka membawa gamelan atau gongso yang akan dijamas atau disucikan dalam upacara inti.
Sebelas gamelan tersebut diarak dengan penuh penghormatan, mencerminkan tingginya nilai budaya yang masih dijaga dengan baik oleh masyarakat setempat.
Setelah kirab selesai, rangkaian acara dilanjutkan dengan upacara jamasan secara simbolis.
Gamelan-gamelan dibersihkan menggunakan air dari klenting yang telah dikumpulkan sebelumnya, yang diyakini membawa berkah karena berasal dari berbagai mata air alami yang dianggap sakral oleh warga.
Acara Jamasan Gongso tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya, tetapi juga sarana untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga. Setelah prosesi pencucian gamelan, seluruh peserta dan masyarakat berkumpul untuk melantunkan doa bersama.
Doa ini dipanjatkan sebagai wujud permohonan keselamatan, kemakmuran, dan keberkahan untuk seluruh warga Kaliagung.
Rangkaian acara ditutup dengan kembul bujana, yaitu tradisi makan bersama yang menyimbolkan kebersamaan dan gotong royong. Makanan disajikan secara lesehan dan dinikmati bersama-sama oleh seluruh hadirin, menciptakan suasana hangat dan harmonis di tengah masyarakat.
Dengan terus dilestarikannya tradisi ini setiap tahun, masyarakat Kaliagung menunjukkan komitmennya dalam menjaga warisan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun. (arum-sid)***
.jpeg)
