Kaliagung – Workshop pelatihan pembuatan Kembar Mayang dilaksanakan di Kalurahan Kaliagung pada Sabtu, 1 November 224 lalu di Pendopo Balai Desa Kaliagung.
Dalam workshop kali ini, didatangkan Faizal Noor Singgih, S.Tp atau yang populer dikenal dengan nama Mas Bekel Cermo Isworo sebagai narasumber.
Mas Bekel Cermo Isworo merupakan pelaku budaya di Yogyakarta dan sudah berpengalaman dalam budaya Jawa hingga olah suara seperti MC, moderator hingga penerjemah bahasa Jawa di berbagai event-event penting di Yogyakarta. Tak terkecuali pernikahan di Keraton Pakualaman dan lainnya.
Kembar Mayang lekat dengan budaya serta adat istiadat Jawa. Kembar Mayang merupakan salah satu elemen penting dalam upacara adat Jawa, khususnya dalam prosesi pernikahan tradisional.
Secara harfiah, "kembar mayang" berarti "dua mayang" atau dua rangkaian hiasan yang biasanya dibuat dari daun kelapa muda, bunga, dan berbagai bahan alami lainnya.
Kembar Mayang tidak hanya menjadi hiasan estetika, tetapi juga memiliki nilai filosofi mendalam yang mencerminkan kepercayaan masyarakat Jawa terhadap harmoni, keseimbangan, dan doa untuk kehidupan yang baik.
Makna Simbolis Kembar Mayang
Kembar Mayang melambangkan doa dan harapan bagi pasangan pengantin yang akan memulai kehidupan baru.
Dua rangkaian hiasan yang identik ini merepresentasikan keseimbangan dalam hubungan antara pria dan wanita.
Selain itu, kembar mayang juga dipercaya sebagai perlambang penyucian dan penjaga dari energi negatif. Dalam konteks ini, kembar mayang menjadi simbol pengharapan agar kehidupan rumah tangga pasangan pengantin selalu harmonis, seimbang, dan dilimpahi keberkahan.
Proses Pembuatan Kembar Mayang
Pembuatan Kembar Mayang melibatkan seni dan ketelitian. Biasanya, bahan utama yang digunakan adalah janur (daun kelapa muda), bunga-bunga segar seperti mawar dan melati, serta ornamen tambahan seperti dedaunan hijau dan batang pisang sebagai penopang.
Proses ini tidak hanya membutuhkan keahlian, tetapi juga suasana hati yang tenang, karena pembuatannya dianggap sakral. Hiasan ini sering dirancang dengan pola-pola tertentu yang memiliki makna filosofis, seperti pola yang melambangkan kesuburan, kebahagiaan, dan keberuntungan.
Ritual Kembar Mayang dalam Pernikahan
Dalam upacara pernikahan adat Jawa, kembar mayang biasanya diletakkan di dekat pelaminan atau dibawa dalam prosesi kirab. Hiasan ini juga diarak bersama pengantin sebagai bagian dari rangkaian ritual. Setelah upacara selesai, kembar mayang sering dihanyutkan ke sungai atau dibakar sebagai simbol pelepasan doa kepada alam semesta. Tindakan ini juga dimaksudkan untuk mengembalikan energi alam yang telah digunakan selama prosesi pernikahan.
Pentingnya Melestarikan Tradisi
Kembar Mayang bukan sekadar tradisi, tetapi juga warisan budaya yang sarat makna. Dalam era modern yang serba praktis, menjaga keberadaan ritual seperti ini menjadi tantangan tersendiri. Namun, dengan memahami nilai filosofis dan budaya yang terkandung di dalamnya, generasi muda diharapkan dapat terus melestarikan tradisi ini sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur.
Kembar Mayang adalah bukti bahwa tradisi tidak hanya soal estetika, tetapi juga wujud dari doa dan harapan yang tulus. Dengan menjaga keberadaannya, kita ikut menjaga kelestarian budaya yang menjadi identitas bangsa.
Adapun maksud dari diadakannya workshop pembuatan Kembar Mayang ini adalah untuk membantu melestarikan budaya ini sekaligus memperkenalkannya pada generasi muda. Workshop ini diikuti oleh Karang Taruna di Kalurahan Kaliagung beserta beberapa tokoh lainnya yang juga hadir. (arum-sid)
***